Bandung, Kemendikbud --- Menumbuhkan karakter mulia pada diri anak diperlukan interaksi yang baik antara orang tua, sekolah,
dan masyarakat. Lingkungan rumah, sekolah, dan keseharian anak-anak
harus menerapkan strategi pengembangan karakter dan perilaku agar
terbentuk kepribadian anak yang baik.
Demikian diungkapkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud),
Anies Baswedan dalam Seminar Nasional Pendidikan yang diselenggarakan di
Gedung Merdeka Museum Konferensi Asia Afrika, Bandung, Sabtu
(28/2/2015). Seminar yang dihadiri oleh mayoritas guru dan kepala
sekolah ini bertajuk "Investasi Bangsa Melalui Pendidikan Karakter Sejak
Dini untuk Membangun Indonesia yang Bermartabat".
"Proses belajar yang tidak menyentuh karakter bukanlah disebut sebagai pendidikan. Oleh karena itu, karakter itu harus. Maka tumbuhkan karakter baik pada anak-anak itu dengan tiga strategi pengembangan karakter dan perilaku," tegas Mendikbud.
Strategi itu adalah keteladanan, pembiasaan rutinitas, dan disiplin. Menurut Mendikbud menumbuhkan karakter bukan dilakukan melalui lisan, melainkan perbuatan. Mendikbud mencontohkan, jika orang tua ingin anaknya mematuhi rambu-rambu lalu lintas, maka orang tua juga harus melakukannya dalam kehidupan sehari-hari dengan tidak melanggar peraturan selama berada di jalan raya.
Ketegasan yang mendidik juga perlu diterapkan agar menumbuhkan kepercayaan antara anak dan orang tua, guru, serta masyarakat. Mendikbud kembali mencontohkan, anak terkadang melakukan negosiasi-negosiasi agar keinginannya dipenuhi. Orang tua harus menjaga konsistensi terhadap keputusan yang telah ia tetapkan.
"Misalnya, orang tua harus pergi, sementara anak tetap tinggal di rumah. Meski anak merengek, orang tua harus menjaga ketegasan terhadap keputusannya. Dengan diberikan pengertian seperti itu, anak perlahan akan tumbuh mutual trust terhadap orang tuanya," tutur Mendikbud.
Oleh karena itu, Kementerian memiliki cita-cita, yaitu terbentuknya insan dan ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter dan dilandasi semangat gotong royong. "Kami ingin ada penguatan terhadap aktor-aktor pendidikan, yaitu orang tua, guru, kepala sekolah, agar apa yang kita cita-citakan terwujud demi pendidikan di Indonesia yang lebih baik," jelasnya. (Ratih Anbarini/Sumber: portal kemdikbud/pengunggah: Erika Hutapea)
"Proses belajar yang tidak menyentuh karakter bukanlah disebut sebagai pendidikan. Oleh karena itu, karakter itu harus. Maka tumbuhkan karakter baik pada anak-anak itu dengan tiga strategi pengembangan karakter dan perilaku," tegas Mendikbud.
Strategi itu adalah keteladanan, pembiasaan rutinitas, dan disiplin. Menurut Mendikbud menumbuhkan karakter bukan dilakukan melalui lisan, melainkan perbuatan. Mendikbud mencontohkan, jika orang tua ingin anaknya mematuhi rambu-rambu lalu lintas, maka orang tua juga harus melakukannya dalam kehidupan sehari-hari dengan tidak melanggar peraturan selama berada di jalan raya.
Ketegasan yang mendidik juga perlu diterapkan agar menumbuhkan kepercayaan antara anak dan orang tua, guru, serta masyarakat. Mendikbud kembali mencontohkan, anak terkadang melakukan negosiasi-negosiasi agar keinginannya dipenuhi. Orang tua harus menjaga konsistensi terhadap keputusan yang telah ia tetapkan.
"Misalnya, orang tua harus pergi, sementara anak tetap tinggal di rumah. Meski anak merengek, orang tua harus menjaga ketegasan terhadap keputusannya. Dengan diberikan pengertian seperti itu, anak perlahan akan tumbuh mutual trust terhadap orang tuanya," tutur Mendikbud.
Oleh karena itu, Kementerian memiliki cita-cita, yaitu terbentuknya insan dan ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter dan dilandasi semangat gotong royong. "Kami ingin ada penguatan terhadap aktor-aktor pendidikan, yaitu orang tua, guru, kepala sekolah, agar apa yang kita cita-citakan terwujud demi pendidikan di Indonesia yang lebih baik," jelasnya. (Ratih Anbarini/Sumber: portal kemdikbud/pengunggah: Erika Hutapea)
Posting Komentar